Senin, 18 Januari 2010

Beginilah Kisah (Sedih) Sopir Peti Kemas...

Sepuluh tahun sudah para buruh sopir pengangkut kontainer peti kemas memperjuangkan penghapusan pungutan liar di kawasan terminal-terminal peti kemas barang-barang ekspor impor Jakarta Utara. Namun hingga kini, berbagai pungutan liar tersebut masih tetap marak dan membebani pekerjaan mereka sebagai sopir trailer angkutan peti kemas.

Setidaknya hal ini terungkap dalam aksi unjuk rasa ratusan buruh sopir peti kemas yang tergabung dalam Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) di terminal peti kemas Jakarta International Container Terminal (JICT), Koja, Jakarta Utara, Minggu (17/1/2010). Mereka berunjuk rasa menuntut diberangusnya berbagai pungli yang membebani para buruh sopir peti kemas, mulai dari pungli di dalam kawasan terminal peti kemas hingga pungli yang terjadi di jalan-jalan.

Ketua SBTPI Ilhamsyah mengatakan, perjuangan menuntut penghapusan pungli ini bukan kali pertama mereka lakukan. Pada tahun 2000, Ilham mengatakan bahwa mereka sudah pernah melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran yang disertai mogok kerja ribuan sopir peti kemas. Aksi massa ketika itu pun langsung mendapat respons yang cepat dari pengelola terminal peti kemas dengan melakukan pembersihan pungli.

Namun, tuturnya, respons tersebut rupanya hanya "hangat-hangat tahi ayam". Penindakan terhadap maraknya pungli hanya bertahan selama delapan bulan saja. "Setelah itu, sama saja sampai sekarang ini. Pungli tetap ada di mana-mana," tuturnya.

Menurut Ilham, berbagai pungli tersebut semakin memperpuruk kondisi para sopir peti kemas yang sudah sangat minim kesejahteraan. Para sopir peti kemas harus rela bekerja selama lebih dari 12 jam sehari dengan bayaran yang sangat minim. Mereka hanya dibayar sebesar Rp 50.000 untuk sekali jalan mengangkut peti kemas (satu rit). "Sementara uang makan dan ongkos yang harusnya bisa kami bawa pulang sudah pasti habis buat bayar aneka macam pungli ilegal," tuturnya.

Mulai di Jalan

Ia menjelaskan, pungli yang dikenakan kepada para sopir itu terjadi mulai dari jalan raya rute mereka melintas membawa peti kemas hingga sampai di dalam terminal bongkar muat peti kemas. Di jalan raya, kata Ilham, aksi pungli ini dilakukan oleh oknum-oknum petugas DLLAJ dan polisi patroli jalan raya (PJR). "Dalam sekali rit (rute perjalanan) saja kami bisa beberapa kali distop untuk dimintai duit," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar